KERAJAAN SAJADAH
Di suatu negeri, berdirilah sebuah kerajaan. Dimana, rakyatnya
merupakan penghasil tikar shalat atau biasa disebut sajadah. Maka dari itu
dikenallah kerajaan ini sebagai Kerajaan Sajadah. Kerajaan ini diperintah oleh
Seorang Raja dan dua orang putri. Istrinya telah meninggal, dan baru-baru ini
Penasihat Kerajaan juga meninggal. Dan terjadilah kekosongan jabatan penasihat
di kerajaan tersebut.
Raja : Wahai putriku, bawakan aku sebuah
sajadah, aku ingin menunaikan shalat.
Putri
Ayu : Baik, ayahanda.
(Putri
meninggalkan Raja untuk mengambil sajadah ke tempat penyimpanan dan
membawakannya kembali untuk Ayahnya)
Putri
Ayu : Ini , ayahanda
Raja : Terimakasih, puriku.
(Raja
menunaikan shalat)
Putri
Ninda : Aku pikir kita harus mencari pengganti penasihat kerajaan.
Putri
Ayu : Ya ,kau benar saudariku. Ayah terlihat kesulitan mengambil
sebuah keputusan tanpa seorang penasihat.
Putri
Ninda : Jika saja aku cukup dewasa untuk menjadi penasihat,
tentulah aku bersedia membantu ayah.
Putri
Ayu : Benar, sayang sekali. Padahal aku ini cukup dewasa, tapi
tetap saja ayah memandangku seperti anak kecil.
Putri
Ninda : Kupikir akan lebih baik jika kita mengadakan sayembara.
Putri
Ayu : Sayembara? Sayembara seperti apa?
Putri
Ninda : Ayo pikirkan bersama.
(Raja
menghampiri kedua putrinya)
Raja : Wahai putriku, lipatlah kembali sajadah ini dan masukkan
ke dalam tasnya.
Putri
Ayu : Baik, Ayah.
Putri
Ninda : Ayah, apa ayah kesulitan memerintah kerajaan tanpa
didampingi seorang penasihat ?
Raja : Ya, putriku. Aku sulit untuk mengambil keputusan yang
benar-benar bijak.
(Putri
Ayu kesulitan untuk melipat sajadah itu yang memang terlalu besar untuk tasnya.
Raja dan Putri Ninda merasa terganggu dengan hal tersebut)
Raja : Ada apa putriku ?
Putri
Ayu : Sajadahnya tak seukuran dengan tasnya ayah.
Raja : Bukankan kau mengambilnya dari tas tersebut?
Putri
Ayu : Benar, Ayah. Aku telah mencoba berbagai lipatan untuk
membuatnya seukuran dengan tasnya. Namun tetap saja tak bisa.
Putri
Ninda : Sepertinya aku tahu. Ayah, bagaimana kalau kita mengadakan
sayembara untuk mencari pengganti penasihat kerajaan?
Raja : Ayah juga telah memikirkan hal itu, putriku. Tapi ayah tak
tahu sayembara apa yang harus ayah adakan.
Putri
Ninda : Bukankah sudah jelas, Ayah ?
Putri
Ayu : Ya, sangat jelas. Sayembara melipat sajadah seukuran
dengan tasnya agar bisa masuk kedalam tasnya.
Raja : Kalian memang cerdas.
(Raja
pun mengumumkan tentang sayembara melipat sajadah itu. Sayembara itu hanya bisa
dilakukan oleh 3 orang yang memang terkenal akan kecerdasannya. Keesokan
harinya, Sayembara pun dilaksanakan)
Raja : Wahai peserta sayembara, aku akan mengatakan hadiah dari
pemenang sayembara ini. Jika pemenangnya seorang lelaki, maka aku akan
mengangkatnya sebagai penasihat Kerajaan. Jika perempuan maka aku akan
menjadikannya putriku (Berbicara dengan menggunakan pengeras suara)
(Sementara
di ruang persiapan)
Yusran : Sepertinya,
ada peserta yang bukan keduanya (berbicara dengan suara lirih)
Ridho : Apa
kau mengatakan sesuatu ?
Yusran : Tidak.
Mungkin perasaanmu saja.
Wahyudi : Akan
kubuktikan bahwa akulah yang pantas untuk menjadi penasihat kerajaan.
Yusran : Diam
saja jika pada akhirnya kau akan kalah. Di mataku kau hanya seorang pecundang.
Wahyudi
: Tutup
mulutmu! Lihat saja nanti!
Ridho : Jangan
bertengkar wahai kawanku.
(Yusran
dan Wahyudi pergi meninggalkan Ridho dan mereka duduk berjauhan)
Putri
Ayu datang ke ruang persiapan.
Putri
Ayu : Peserta pertama, ikutlah denganku menghadap Raja.
Wahyudi : Baik,
putri.
(Wahyudi
dan Putri Ayu meninggalkan ruang persiapan dan pergi menghadap Raja)
Raja : Siapa namamu, Wahai pemuda?
Wahyudi : Salam
hormat, Baginda Raja. Namaku Wahyudi, Baginda.
Raja : Baiklah, kau hanya akan mendapat 3 kali kesempatan untuk
melipat sajadah itu. Jika kau tak bisa menyesuaikan ukuran sajadah itu dengan
tasnya dalam 3 kali kesempatan itu, maka kau telah gugur.
Wahyudi : Baik,
Baginda.
(Wahyudi
pun memulai lipatan yang pertama)
Putri
Ninda : Lipatan pertama gagal
(Wayudi
memulai lipatan kedua)
Putri
Ninda : Lipatan kedua gagal
(Wahyudi
memulai lipatan ketiga)
Putri
Ninda : Kau telah gugur. Kau boleh kembali ke ruang makan. Di sana
telah disiapkan makanan.
Wahyudi : Baik,
putri. Hamba mohon pamit, Baginda.
Kemudian
datanglah Yusran si Peserta kedua.
Raja : Silahkan perkenalkan dirimu, wahai Pemuda.
Yusran : Baik,
Baginda. Perkenalkan, Nama saya Yusran dan sya berasal dari keluarga pembuat
Sajadah yang namanya telah melegenda di negeri ini.
Raja : Sepertinya kau sangat percaya diri. Kau bisa memulai
lipatanmu.
Yusran
: Baik, baginda.
Putri
Ninda : Apa kau sudah tahu aturannya?
Yusran
: Tentu saja, putri.
(Yusran
memulai lipatan pertamanya dan ia gagal. Ia memulai lipatan keduanya dan masih
gagal. Dengan data dari hasil percobaan pertamanya dan keduanya, ia memulai
lipatan ketiga. Namun, sayang sekali. Lipatan ketiganya yang meskipun sudah
berukuran sama dengan tasnya, tetapi yang menjadi masalah adalah ketebalan dari
sajadah yang ia lipat. Dan tentu saja, tak muat denga tas sajadah yang
ukurannya kecil)
Putri
Ninda : Kau boleh pergi ke ruang makan.
Yusran : Baik
putri. Salam hormat, Baginda.
(Yusran
meninggalkan Raja dan Putri. Dan selanjutnya tibalah kesempatan peserta
terakhir)
Peserta
terakhir masuk ke dalam ruangan Raja
Putri
Ayu : Jika kau sudah mengerti aturannya. Kau boleh memulainya.
Raja : Akan lebih baik kau memperkenalkan dirimu terlebih dahulu.
Ridho : Perkenalkan,
nama saya Ridho, Baginda. Saya adalah pembuat sajadah dan tasnya itu.
Raja : Baiklah, silahkan mulai.
(Ridho
memulai lipatan pertamanya)
Putri
Ninda : Apa kau berdusta?
Putri
Ayu : Jika kau memang pembuat dari sajadah dan tas tersebut,
tentunya kau bisa berhasil di kesempatan pertamamu.
Ridho : Aku
melakukan pemanasan terlebih dahulu, Putri.
(Putri
Ayu dan Putri Ninda memandangnya aneh)
Putri
Ayu : Baiklah, lakukan lipatan keduamu.
(Ridho
melakukan lipatan keduanya)
Putri
Ninda : Apa kau melakukan pendinginan?
Ridho : Benar,
Tuan Putri.
Putri
Ayu : Apa kau ingin dibakar?
Ridho : Dengan
warna kulit seperti ini, aku rasa aku tidak membutuhkannya, Tuan Putri.
Putri
Ninda : Silahkan lakukan lipatan ketigamu.
(Ridho
melakukan lipatan ketiganya)
Raja : Kau adalah pemenangnya. Dan kau boleh pergi ke ruang makan
untuk menikmati hidangan yang telah disajikan.
(Rido
meninggalkan ruang utama kerajaan. Dan Raja beserta kedua putrinya memulai
diskusinya)
Raja : Wahai putriku, aku pikir aku ragu untuk mengangkat peserta
terakhir tadi sebagai penasihat kerajaan.
Putri
Ayu : Aku juga meragukan peserta terakhir, Ayah.
Putri
Ninda : Aku pikir dia adalah seorang yang tepat.
Raja : Mengapa kau berpikir seperti itu, Wahai putriku?
Putri
Ninda : Alasanku memutuskan peraturan dengan 3 kali kesempatan
adalah melihat keterampilan, sikap, dan cara berpikirnya. Yang aku cermati dari
peserta pertama, ia hanya berfokus pada ketebalan sajadahnya dan mengabaikan
ukuran panjang dan lebarnya, jadi meskipun ia bisa menyesuaikan ketebalan
sajadah itu dengan tasnya, tapi nyatanya panjangnya tidaklah sesuai. Pada
peserta kedua, ia kebalikan dari peserta pertama. Fokus pada panjang dan
lebarnya, namun mengabaikan tebalnya. Dan peserta terakhir, ia mengakui bahwa
sajadah itu adalah buatannya begitupun dengan tasnya. Saat kesempatan
pertamanya yang menuai kegagalan, aku tak percaya dengan ucapannya. Namun saat
ia memulai kesempatan keduanya, aku bisa melihat karakternya. Sebenarnya ia
bisa berhasil di kesempatan pertamanya, namun ia ingin mencari lipatan lain
yang mungkin bisa berhasil. Tapi nyatanya, ia tak bisa menemukan lipatan lain.
Saat lipatan ketiganya, barulah ia menggunakan trik lipatan yang sebenarnya.
Putri
Ayu : Penjelasanmu tentang peserta ketiga sangat panjang. Tapi,
aku mengerti. Dengan kata lain peserta ketiga menerapkan Try and error.
Raja : Sepertinya, putri Ayah sama cerdasnya dengan Ayah ketika
masih remaja. Baiklah, ayah sudah menetapkan pengganti penasehat kerajaan. Ayo
kita bersama-sama ke ruang makan.
(Sementara
di ruang makan)
Yusran : Sepertinya
kalian semua gagal.
Wahyudi : Bagaimana
denganmu? Bukankah nasib kita sama?
Yusran : Meskipun
nasib kita sama, akan tetapi dilihat dari sisi manapun, aku jauh lebih baik
darimu.
Wahyudi : Cih!
Pecundang tetap saja pecundang
Ridho :
Wahai kawanku, saat makan kita tak boleh berbicara. Namun, karena aku terlanjur
berbicara, aku akan mengatakan satu hal, bahwa aku adalah pemenang dari
sayembara.
Yusran : Baiklah,
aku percaya. Dibalik sebuah kekurangan terdapat sebuah kelebihan.
Wahyudi : Tuhan
memang tak memberikan hambanya dua kelebihan.
(Tibalah
Raja dan kedua putrinya di ruang makan)
Raja : Pemenang dari sayembara adalah Peserta Ketiga, yaitu
Ridho. Dan untuk kalian berdua, kalian aku angkat menjadi pengawalku.
(Ketiga
peserta sangat bersyukur akan hal tersebut. Raja beserta putrinya makan bersama
dengan penasihat dan kedua pengawal)
Ridho : Terima
kasih, Baginda.
Yusran,Wahyudi : Salam
hormat, Paduka Raja. Dan salam hormat, Tuan Putri.
END.
TERINSPIRASI DARI = https://sientiapujilestari.wordpress.com/2014/12/09/naskah-drama-bahasa-indonesia-bertema-kerajaan/
Komentar